Puisi Cinta - Rahwana Butuh Karena, Tapi Aku Tidak!
...Lantas, kau tanyaiku kekasih
Apa lebihku dari Rahwana?
Lebihku darinya ialah soal Cinta,
Rahwana butuh karena, tapi aku tidak.
-M Syafiq Yunensa-
Agenda AP 17 Oktober 2018
Apa lebihku dari Rahwana?
Lebihku darinya ialah soal Cinta,
Rahwana butuh karena, tapi aku tidak.
-M Syafiq Yunensa-
Agenda AP 17 Oktober 2018
1. Lebihku Dari Rahwana
Oleh: M Syafiq Yunensa
Aku tak akan lelah mencintaimu,
Seperti Rahwana yang tak lelah mencintai Dewi Sinta yang Ayu.
Meski ia harus menunggu Beratus Purnama berlalu.
Tak ada Alengka yang dapat kupersembahkan,
Karena bagiku, Alengka terlalu Rapuh saat dicincang Hanoman.
Lantas, kau tanyaiku kekasih
Apa lebihku dari Rahwana?
Lebihku darinya ialah soal Cinta,
Rahwana butuh karena, tapi aku tidak.
17 Oktober 2018
2. Hatiku Tertinggal
Oleh: Maria Ulfa
Semua katamu tersimpan di dasar laut paling rahasia
Dan di dalam kesunyian semesta tenggelam di lautan mulia
Aku temukan tubuh yang Melayu di antara penciptaan
Sembari memahami kebisuan yang tak pernah tersampaikan
Menghadirkanmu dalam setiap laku
Merupakan cara indah mencintaimu
Hatiku tertinggal
Mungkin jatuh ketika aku sibuk memikirkanmu
Entah siapa yang memungut hatiku
Apakah akan dibiarkan tergeletak?
Sampai angin sudi untuk memungutnya
17 Oktober 2018
3. Kamu
Oleh: Qisthi Azzalia
Pertemuan itu membuatku jatuh ke dalam pengharapan yang mendalam
Tatapan tajam itu seolah membisukan gerak dan batinku
Senyum manismu, menggetarkan hati dan jiwaku
Kamu...
Adalah sosok terindah yang DIA kirim untukku
Bagai cahaya terang walau dalam kegelapan
Kamu...
Adalah sebuah pengharapan indah, yang tertulis rapi dalam setiap doaku.
17 Oktober 2018
4. Khasturi
Oleh: Putra Kapas
Petang bersenandung dengan meganya
Seorang petani senyum merka
Taman-taman berbisik cinta
Mengalunkan kisah bunga
Khasturi mekar dalam taman hati
Khasturi...
Oh...
Khasturi...
Senyummu
Air Bunga hati
Bengkulu, 17 Oktober 2018
5. Seorang Dirimu
Oleh: Saras Belinda
Tuhan
Terima kasih atas mahakarya yang Engkau ciptakan
Mahakarya yang luar biasa
Yaitu seorang dirimu
Wajahmu bagaikan cahaya mentari
Matamu bagaikan kilauan mutiara
Senyummu seakan kuterpikat
Tiada yang lain seorang seperti sosok dirimu
Kasih
Akankah kau terima diriku ini ?
Menjadi sandaran hati sepenuh jiwa
Yang menemanimu hingga akhir hayat
Jakarta, 17 Oktober 2018
6. Teruntuk Dirimu Yang Tak Perlu Kusebutkan Nama
Oleh: Yuliawanti Dewi
Merindukanmu adalah kebutuhan primer
Andai kata kau serupa teori ekonomi, yakinlah aku akan berusaha memahami
Selama aku di sini, jangan khawatir tentang segalanya
Yang perlu kau lakukan, fokus pada tujuanmu dan tujuan kita nanti
Kerana kita telah berjanji
Untuk saling melengkapi, nyamankan hati
Redakan segala bimbang
Yang tak pernah bosan kulakukan
Untaian do'a, terselip indah namamu
Lelah terkadang musnah tatkala bercakap singkat
Ini yang kurasa, entah bagaimana dirimu
Bandung, 17 Oktober 2018
7. Tentang Rasa
Oleh: Yuni Ramdhani
Ketika senja kian menjingga
Menghias lagit hingga berwarna
Rasa yang tiba-tiba kian bermuara
Mengingatkan pada sosok yang entah siapa
Ada sosokmu di sudut hati terdalam
Diam terkenang hingga malam
Menghias asa yang kian kelam
Namun sulit untuk digenggam.
Cianjur, 17 Oktober 2018
8. Tentang Perasaan
Oleh: Sarah Safnah
Aku terjatuh di atas resahnya hati yang kian mengguncang
Di sisi lain kumendengar gemuruh air yang mengguncang akan gelombang
Di saat itu kau tampakan wajah saat rindu tak bisa tertahankan dengan diiringi senandung cinta yang kau berikan
Senandung demi senandung kudengarkan, dengan tatapan yang tajam kau berikan senyuman, saat senja mulai menyapa dan di saat cinta mulai menggema di dalam dada dengan asmara yang menyejukan rasa.
Sukabumi, 17 Oktober 2018
9. Sajak, Aku
Oleh: Penyair Dungu
Aku
Partitur yang kaku
Senandung kata baku
Ditulis tangan yang melembab dalam saku
Kau, putih bunga lili
Semerbak pada telingaku yang tuli
Kau, merah rona mawar
Mempesona pada lidahku yang hambar
Kau, hidrometeor pagi buta
Cantik hujanmu kini melebur kata-kata
Ini, rasa dengan pikir
Pada sukma seorang pandir
Aku
yang dungu,
yang kacau,
dengan sadar
sedang mencintaimu
Tasikmalaya, 17 Oktober 2018
10. Aku Sekarat
Oleh: Fery Setiawan
Frasa - frasa,
Dialog - dialog,
Dan
Naskah - naskah itu terlanjur meracuniku
Dibuatnya aku hampir mati, sekarat karena semakin dalam mencintaimu
Bogor, 17 Oktober 2018
11. Tak Sama Rasa
Oleh: Ananta Pratama
Mendung menghias langit senja ini,
Tak nampak derai air mata nabastala jatuh,
Anila pun masih berhembus pelan,
Menyejukkan diri yang dilanda pedih.
Ombak laut menghantam luka,
Membawanya ke tengah laut,
Tetapi, membawanya kembali lagi ke bibir pantai.
Menyesakkan.
Kamu adalah bidadariku,
Tapi aku hanyalah pengganggumu,
Aku mencintaimu,
Tapi percuma untukmu.
Aku tak akan membuatmu menangis,
Tapi hadirku, alasanmu bersedih.
Aku tak ingin pergi,
Tapi kau sudah beranjak hilang.
Palembang, 17 Oktober 2018
12. Luka
Oleh: Dolphine
Dekat, tertoreh malam pada pekat
Luluh, meronta jiwa tanpa suluh
Ke mana angin berdesir
Ke sana badan terusir
Tak ada iba pada mata para penyair
Gundah, sembilu lukai lidah
Bungkam ia tanpa tunjuk arah
Meringis, rinai menitis
Tak ada satu hamba pun yang menggubris
Ahh, ini bukan ajung
Melintasi lautan bersama armada agung
Biar, tak sabar mati
Tertindas luka yang tak bertepi
Pante Sikumbng, 17 Oktober 2018
13. Asa
Oleh: Mulia Ahmad
Aku datang mengetuk pintu hatimu
Tanpa apa-apa selain harap dalam genggamanku
Mencoba merajut rasa yang lama
Aku datang mengetuk pintu hatimu
Tanpa apa-apa selain harap dalam genggamanku
Mencoba merajut rasa yang lama berkelana
Semoga kau berkenan menerima
Pekerjaan, aku belum punya
Uang dan rumah mewah pun hanya khayal belaka
Tapi, aku punya harta paling berharga--cinta
Ya, aku ingin kau bahagia
Mojokerto, 17 Oktober 2018
14. Untukmu Yang Masih Serba Rahasia
Oleh: Nnisa
Sepertiga malamku
Sepertiga malammu
Sepertiga malam kita berbeda
Hanya saja pinta yang terucap dari bibir basah dzikir ini sama
Sama-sama meminta diberi yang istimewa
Saling tertuju satu sama lain
Meski tanpa mengucapkan nama
Saling berbisik amin di akhir doa
Untukmu yang masih serba rahasia
Jakarta, 7 Oktober 2018
15. Abu Cinta
Oleh: Immono Attasoya
Kau yang kukasih
Kurindui dalam keheningan
Sendiri merajut kisah yang hampir sirna
Dengan senyum nan kian memudar
Rengsa jiwa memendam rasa
Tak berdaya terbakar api asmara
Tak mampu menahan segala kesah
Meleburku dalam abu cinta
Subang, 17 Oktober 2018
16. Rusuk Kanan
Oleh: Mithanisa Fathia
Namamu ...
Bak akara indah yang kulambungkan tinggi ke langit do'a seperti merayu
Hingga sarayu jenuh mendengar namamu
Ku lantunkan dalam hati
Tak akan kuberhenti
Meskipun rusuk kanan bukanlah sang diri
Sampai detik ini ...
Jamanika-Nya masih menjadi misteri
Bumi Allah, 17 Oktober 2018
17. Setia
Oleh: Dini
Pertemuan yang tidak terduga menjadi takdir
Dengan erat ia memeluknya
Mendampingi dikala duka maupun senang
Jangan salahkan hujan atas kesedihan ini
Salahkan aku karena tidak bisa menjagamu
Layaknya seorang lelaki
Apakah kau akan tetap di sisiku
Dan ia menjawab ya
Mereka pasangan yang serasi
Sampai janji suci mereka ucapkan
Jakarta, 17 Oktober 2018
18. Laguku
Oleh: Hasanudin
Tak jenuh meski suaraku tak terdengar,
Meski banyak orang berlalu lalang.
Sampai tiba waktu pulang,
Kopiku juga sudah surut
Kau tinggalkan tempat di mana aku bisa memandangimu,
Harapku cuma satu, esok kutemui dengan lagu.
Dan...
Semoga laguku menjadi lagumu
Banten, 17 Oktober 2018
19. Rahasia
Oleh: Nazavelis
Suaramu terdengar lamat dari kejauhan
Mengalun indah di telinga
Melantunkan ayat yang nyata
Mendebarkan hati yang hampa
Setiap saat aku terdiam
Bersembunyi di balik layar
Diam-diam meminta kepada Tuhan
Akan dirimu yang selalu kurindukan
Kediri, 17 Oktober 2018
20. Melepas Elegi
Oleh: Rhegita Nur Sya'idah
Kugenggam tanganmu
Menyusuri jalan setapak penuh debu
Sambil membuktikan janji
Yang perlahan menghapus elegi
Waktu demi waktu
Kau tampakkan senyum menawan itu
Melepas elegi yang tadinya menyayat hati
Sampai di mana mentari di wajahmu bertambah cerah
Aku pun juga tak henti-hentinya membuat kau bahagia
Karena alasan aku bahagia adalah saat kamu tertawa lepas karenaku
17 Oktober 2018
6. Teruntuk Dirimu Yang Tak Perlu Kusebutkan Nama
Oleh: Yuliawanti Dewi
Merindukanmu adalah kebutuhan primer
Andai kata kau serupa teori ekonomi, yakinlah aku akan berusaha memahami
Selama aku di sini, jangan khawatir tentang segalanya
Yang perlu kau lakukan, fokus pada tujuanmu dan tujuan kita nanti
Kerana kita telah berjanji
Untuk saling melengkapi, nyamankan hati
Redakan segala bimbang
Yang tak pernah bosan kulakukan
Untaian do'a, terselip indah namamu
Lelah terkadang musnah tatkala bercakap singkat
Ini yang kurasa, entah bagaimana dirimu
Bandung, 17 Oktober 2018
7. Tentang Rasa
Oleh: Yuni Ramdhani
Ketika senja kian menjingga
Menghias lagit hingga berwarna
Rasa yang tiba-tiba kian bermuara
Mengingatkan pada sosok yang entah siapa
Ada sosokmu di sudut hati terdalam
Diam terkenang hingga malam
Menghias asa yang kian kelam
Namun sulit untuk digenggam.
Cianjur, 17 Oktober 2018
8. Tentang Perasaan
Oleh: Sarah Safnah
Aku terjatuh di atas resahnya hati yang kian mengguncang
Di sisi lain kumendengar gemuruh air yang mengguncang akan gelombang
Di saat itu kau tampakan wajah saat rindu tak bisa tertahankan dengan diiringi senandung cinta yang kau berikan
Senandung demi senandung kudengarkan, dengan tatapan yang tajam kau berikan senyuman, saat senja mulai menyapa dan di saat cinta mulai menggema di dalam dada dengan asmara yang menyejukan rasa.
Sukabumi, 17 Oktober 2018
9. Sajak, Aku
Oleh: Penyair Dungu
Aku
Partitur yang kaku
Senandung kata baku
Ditulis tangan yang melembab dalam saku
Kau, putih bunga lili
Semerbak pada telingaku yang tuli
Kau, merah rona mawar
Mempesona pada lidahku yang hambar
Kau, hidrometeor pagi buta
Cantik hujanmu kini melebur kata-kata
Ini, rasa dengan pikir
Pada sukma seorang pandir
Aku
yang dungu,
yang kacau,
dengan sadar
sedang mencintaimu
Tasikmalaya, 17 Oktober 2018
10. Aku Sekarat
Oleh: Fery Setiawan
Frasa - frasa,
Dialog - dialog,
Dan
Naskah - naskah itu terlanjur meracuniku
Dibuatnya aku hampir mati, sekarat karena semakin dalam mencintaimu
Bogor, 17 Oktober 2018
11. Tak Sama Rasa
Oleh: Ananta Pratama
Mendung menghias langit senja ini,
Tak nampak derai air mata nabastala jatuh,
Anila pun masih berhembus pelan,
Menyejukkan diri yang dilanda pedih.
Ombak laut menghantam luka,
Membawanya ke tengah laut,
Tetapi, membawanya kembali lagi ke bibir pantai.
Menyesakkan.
Kamu adalah bidadariku,
Tapi aku hanyalah pengganggumu,
Aku mencintaimu,
Tapi percuma untukmu.
Aku tak akan membuatmu menangis,
Tapi hadirku, alasanmu bersedih.
Aku tak ingin pergi,
Tapi kau sudah beranjak hilang.
Palembang, 17 Oktober 2018
12. Luka
Oleh: Dolphine
Dekat, tertoreh malam pada pekat
Luluh, meronta jiwa tanpa suluh
Ke mana angin berdesir
Ke sana badan terusir
Tak ada iba pada mata para penyair
Gundah, sembilu lukai lidah
Bungkam ia tanpa tunjuk arah
Meringis, rinai menitis
Tak ada satu hamba pun yang menggubris
Ahh, ini bukan ajung
Melintasi lautan bersama armada agung
Biar, tak sabar mati
Tertindas luka yang tak bertepi
Pante Sikumbng, 17 Oktober 2018
13. Asa
Oleh: Mulia Ahmad
Aku datang mengetuk pintu hatimu
Tanpa apa-apa selain harap dalam genggamanku
Mencoba merajut rasa yang lama
Aku datang mengetuk pintu hatimu
Tanpa apa-apa selain harap dalam genggamanku
Mencoba merajut rasa yang lama berkelana
Semoga kau berkenan menerima
Pekerjaan, aku belum punya
Uang dan rumah mewah pun hanya khayal belaka
Tapi, aku punya harta paling berharga--cinta
Ya, aku ingin kau bahagia
Mojokerto, 17 Oktober 2018
14. Untukmu Yang Masih Serba Rahasia
Oleh: Nnisa
Sepertiga malamku
Sepertiga malammu
Sepertiga malam kita berbeda
Hanya saja pinta yang terucap dari bibir basah dzikir ini sama
Sama-sama meminta diberi yang istimewa
Saling tertuju satu sama lain
Meski tanpa mengucapkan nama
Saling berbisik amin di akhir doa
Untukmu yang masih serba rahasia
Jakarta, 7 Oktober 2018
15. Abu Cinta
Oleh: Immono Attasoya
Kau yang kukasih
Kurindui dalam keheningan
Sendiri merajut kisah yang hampir sirna
Dengan senyum nan kian memudar
Rengsa jiwa memendam rasa
Tak berdaya terbakar api asmara
Tak mampu menahan segala kesah
Meleburku dalam abu cinta
Subang, 17 Oktober 2018
16. Rusuk Kanan
Oleh: Mithanisa Fathia
Namamu ...
Bak akara indah yang kulambungkan tinggi ke langit do'a seperti merayu
Hingga sarayu jenuh mendengar namamu
Ku lantunkan dalam hati
Tak akan kuberhenti
Meskipun rusuk kanan bukanlah sang diri
Sampai detik ini ...
Jamanika-Nya masih menjadi misteri
Bumi Allah, 17 Oktober 2018
17. Setia
Oleh: Dini
Pertemuan yang tidak terduga menjadi takdir
Dengan erat ia memeluknya
Mendampingi dikala duka maupun senang
Jangan salahkan hujan atas kesedihan ini
Salahkan aku karena tidak bisa menjagamu
Layaknya seorang lelaki
Apakah kau akan tetap di sisiku
Dan ia menjawab ya
Mereka pasangan yang serasi
Sampai janji suci mereka ucapkan
Jakarta, 17 Oktober 2018
18. Laguku
Oleh: Hasanudin
Tak jenuh meski suaraku tak terdengar,
Meski banyak orang berlalu lalang.
Sampai tiba waktu pulang,
Kopiku juga sudah surut
Kau tinggalkan tempat di mana aku bisa memandangimu,
Harapku cuma satu, esok kutemui dengan lagu.
Dan...
Semoga laguku menjadi lagumu
Banten, 17 Oktober 2018
19. Rahasia
Oleh: Nazavelis
Suaramu terdengar lamat dari kejauhan
Mengalun indah di telinga
Melantunkan ayat yang nyata
Mendebarkan hati yang hampa
Setiap saat aku terdiam
Bersembunyi di balik layar
Diam-diam meminta kepada Tuhan
Akan dirimu yang selalu kurindukan
Kediri, 17 Oktober 2018
20. Melepas Elegi
Oleh: Rhegita Nur Sya'idah
Kugenggam tanganmu
Menyusuri jalan setapak penuh debu
Sambil membuktikan janji
Yang perlahan menghapus elegi
Waktu demi waktu
Kau tampakkan senyum menawan itu
Melepas elegi yang tadinya menyayat hati
Sampai di mana mentari di wajahmu bertambah cerah
Aku pun juga tak henti-hentinya membuat kau bahagia
Karena alasan aku bahagia adalah saat kamu tertawa lepas karenaku
17 Oktober 2018
Komentar